Rabu, 01 Juli 2009

Filosofi Bonek Sang Intelektual Muda

TERPILIHNYA Firmanzah sebagai Dekan FE-UI periode 2009-2013, sekaligus mengukir sejarah sebagai Dekan termuda sepanjang sejarah UI dan sebagai pegawai BHMN pertama yang menjabat posisi Dekan. Menorehkan sejarah di kampus UI dengan menjadi Dekan Fakultas Ekonomi UI termuda, pada usianya yang belum genap 33 tahun (lahir 7 Juli 1976), tak pernah diimpikan oleh Firmanzah. Justru saat kecil impian Fiz (panggilan akrabnya) juga sama dengan kebanyakan anak-anak lain, menjadi astronot maupun insinyur.

Namun perjalanan waktu akhirnya membuat anak ke 8 dari 9 bersaudara pasangan Abdul Latief dan Kusweni ini, bersiap menorehkan catatan tinta-tinta emas selanjutnya dalam memimpin fakultas yang pernah ia cicipi juga sebelum lulus pada 1998 sebagai wisudawan teladan departemen manajemen FE UI ini.

Meski tak begitu maniak dengan sepakbola, sebagai arek suroboyo Fiz cukup kenal dengan filosofi bonek (bondho nekat). ”Saya memang bonek, namun saya ambil sisi positifnya dalam menempuh pendidikan khususnya ketika harus nekat ke Jakarta meneruskan kuliah, baik ketika di FE UI, dan terlebih khusus saat mengambil S2 di UI juga, di mana saya harus ngutang sana-sini untuk bisa membiayai sekolah saya,” kenang Fiz.

Alumni SD Menur dan SMPN 12 Ngagel Surabaya ini, menjadi satu-satunya dari 9 bersaudara yang nekat hijrah ke Jakarta, untuk melanjutkan pendidikan dan meraih asa. Sementara saudara-sadaranya yang lain lebih memilih bergelut langsung dengan dunia usaha, baik jadi pedagang maupun pengusaha. Saudara-saudaranya sempat berkata, ”laopo sekolah duku-dukur, tiwas engkok ga iso kerjo (buat apa sekolah tinggi-tinggi, toh nanti ga bisa kerja). Tapi meski demikian Fiz dapat dukungan penuh dari saudara-saudaranya, yang antara lain diwujudkan dengan memberikan utangan (pinjaman) ke Fiz untuk meneruskan S2-nya.

Datang ke Jakarta pun awalnya tidak terpikirkan, alumnus SMAN 2 Surabaya ini mengaku memiliki ketertarikan yang lebih dalam mengamati pola perilaku individu, kelompok, maupun organisasi. ”Saya suka membuat analisis-analisis,” ungkapnya.

Setelah ngobrol dengan teman-teman se-SMA, maka Fiz pun memberanikan diri pindah ke Jakarta. ”Saat SMA sebenarnya jurusan saya IPA, namun karena saya suka mengamati perilaku orang, teman-temen menyarankan saya mengambil UMPTN jurusan sosial, dan kata mereka yang bagus di FE UI ini, yo wis akhire aku mlebu kene dhadi bonek (ya sudah, akhirnya aku masuk di sini jadi bonek,” tuturnya.

Karena kebutuhan ekononomi, usai menyelesaikan S1, Fiz sempat bekerja dulu di sebuah perusahaan asuransi menjadi market analis pada 1998-1999. Setahun kemudian dia balik lagi ke UI menjadi konsultan dan peneliti pada Lembaga Manajemen UI, sekaligus dengan susah payah menyelesaikan S2-nya di MM (Magister Manajemen) UI, pada 2000.

Tanda-tanda bintang terang mulai menghinggap ketika ditahun yang sama ia mendapatkan beasiswa program setara S2 di University of Science and Technologie of Lille, Perancis. Studi yang dipilih adalah manajemen strategi, dan berhasil dituntaskan hanya setahun. Tak mau tanggung-tanggung, Fiz pun meneruskan studinya S3 di University of Pau et Pays der I'Adour, dan meraih PhD dalam Strategic and International Management. Saat ini, dia tengah menunggu proses guru besarnya di UI. Firmanzah juga tengah menunggu proses meraih gelar setara guru besar di Paris 10, Nantere, Prancis.

Berbekal kemampuan akademik itu, Firmanzah memiliki prestasi yang boleh dibilang luar biasa. Di usianya yang tergolong masih muda itu, dia pernah mengajar beberapa universitas di luar negeri. Di antaranya, mengajar marketing strategi di University of Pau et Pays der I'Adour pada 2004-2005 lalu. Di negara yang sama, dia juga mengajar di Universite de Science et Technologie de Lille dan Universite de Grenoble II. Sejak 2007 sampai sekarang, dia juga masih menjadi tenaga ahli di University of X Nantes Maklum saja, Firmanzah fasih berbahasa Prancis. Fiz juga mengajar di University of Nanchang Tiongkok dan Amos Tuck Business School, Amerika Serikat.

Negara paling romantis di Eropa itu juga memberikan karunia bagi Fiz, karena usai studi di Perancis ia dikenalkan kepada Ratna Indraswari, dara cantik keponakan dari teman Fiz saat studi di Perancis. Dus akhirnya Fiz pun menyunting Ratna pada 2007. Di UI, dia juga dipercaya mengampu mahasiswa program pasca sarjana. Dia sudah meloloskan 10 mahasiswa meraih gelar doktor. Saat ini, dia tengah membimbing 15 mahasiswa untuk meraih gelar yang sama.



Hanya Sekali

”Hidup hanya sekali. Saya ingin melakukan sesuatu di mana kelak Firmanzah dikenal orang karena ingin berbuat sesuatu buat kampus Indonesia, terutama UI,” tegasnya. Karena itulah, Fiz berani maju dan nekat ikut dalam pemilhan dekan. Pencalonan dirinya murni atas dorongan hati nuraninya. Maka, dengan penuh rasa percaya diri Firmanzah bertekad maju dalam pemilihan dekan FE-UI akhir Maret lalu. Ketika itu ada delapan kandidat kuat yang dipilih oleh Panitia Seleksi Calon Dekan (PSCD). Para kandidat dipilih lantaran dinilai panitia memiliki kemampuan leadership dan akademik, kewirausahaan, dan aksesbilitas terhadap negara lain dengan baik.

Total ada 11 panitia yang menyeleksi para kandidat. Mereka terdiri dari perwakilan rektor dan alumni FE-UI. Pemilihan dekan FE-UI dimulai dengan presentasi terbuka di depan seluruh civitas akademika kampus itu. Setelah itu, dilanjutkan dengan fit and proper test. Setelah melalui serangkaian tes itu, kemudian panitia meranking dan memilih tiga besar terbaik. Firmanzah adalah salah satunya. Dia berhasil mengantongi skor paling tinggi sehingga menempatkan dia pada ranking pertama.

Setelah terpilih tiga besar, keputusan selanjutnya ada di tangan rektor. Dari tiga kandidat terkuat itu, boleh dibilang saingan yang harus dihadapi cukup berat. Maklum, salah satu di antaranya adalah wakil dekan FE-UI Prof Sidhar Utama (45) dari jurusan Akuntansi. Tak hanya itu, Sidhar Utama juga mantan dosennya. Segudang pengalaman dalam hal kepimpinan juga sudah tidak asing bagi pesaingnya. Saingan lain adalah Dr Arinda (51) dari Ilmu Ekonomi. Kendati demikian, Firmanzah tak minder. Dia tetap percaya diri. Selanjutnya, rektor menggelar fit and proper test dan presentasi terbuka. Lagi-lagi presentasi dilakukan di depan para mahasiswa, alumni, dosen, maupun staf peneliti. Pengujinya adalah rektor UI sendiri bersama wakil rektor I, II, dan III.

Ketika detik-detik menegangkan itu akhirnya tiba, Firmanzah dibuat terkejut ketika rektor mengumumkan bahwa dialah yang berhak memimpin fakultas bergengsi itu. Dia berhasil mencetak sejarah baru. Menjadi dekan termuda sepanjang sejarah UI. ”Saya begitu terkejut. Apalagi, kandidat lain sudah berpengalaman. Ini semua berkat dukungan teman-teman, dosen, dan staf fakultas ekonomi,” ujar anak ke-8 dari 9 bersaudara itu.

Memimpin fakultas bergengsi dalam usia muda tak membuat dia minder. Maklum, sebelumnya Firmanzah pernah memimpin beberapa departemen di UI. Dia pernah dipercaya sebagai sekretaris Program Departemen Manajemen FE UI. Lelaki berambut ikal ini pernah pula menduduki jabatan sebagai Deputi Direktur Program Pasca Sarjana Ilmu Manajemen FE-UI. Dia juga pernah didapuk sebagai Direktur Kantor Komunikasi UI pada tahun lalu. Civitas akademika UI layak mempercayakan kursi dekan itu kepadanya. Maklum kendati masih muda, pengalaman akademiknya tidak diragukan.



Penulis

selain aktif mengajar, pengagum berat Nabi Muhammad itu juga produktif menulis. Di tengah kesibukannya mengajar dan menjalankan roda kampus, Firmanzah berhasil menelurkan beberapa buku. Buku Manajemen Perubahan yang dia tulis bersama temannya Budi W Soetjipto terbit pada 2006 lalu. Pada tahun yang sama, dia menerbitkan buku keduanya, Globalisasi. Setahun kemudian, Marketing Politik, buku ketiganya berhasil dicetak. ”Ada penerbit dari Singapura yang tertarik untuk mencetak buku ketiga saya,” tuturnya.

Mengelola Partai Politik adalah karya berikutnya. Buku terakhir yang diterbitkannya adalah New Product Launching pada Februari lalu. Buku itu dia tulis dalam bahasa Inggris. Saat ini, Firmanzah tengah menyiapkan buku terbarunya yang berjudul Green Marketing. Buku-buku yang ditulisnya menjadi referensi mahasiswa UI maupun UGM Jogja. Firmanzah juga kerapkali diundang menjadi pembicara di berbagai seminar maupun dialog.

Dengan dipilihnya dia sebagai dekan FE-UI, Firmansyah berharap bisa memajukan institusi yang dibawahinya. Dia ingin mendobrak nilai-nilai konvensional yang masih melekat dalam sebuah perguruan tinggi negeri. Keinginannya adalah membuat mahasiswa UI kritis terhadap persoalan sekitar, dan berkembang ke luar. Ilmu ekonomi, harus mampu berdialog dengan disiplin ilmu lain. Misalnya, dengan filsafat, bahasa, maupun teknologi.Memang segudang tantangan siap menantinya. Namun, Firmansyah seolah tak sabar menghadapinya. Bagi dia, sebuah impian perlu dimiliki semua orang. ”Saya tidak bisa membayangkan orang hidup tanpa impian,” ucapnya.



Meski baru menjalani tugas barunya, Firmansyah mengaku tidak kagok bekerja sama dengan para bawahannya yang lebih senior. ”Sebenarnya ini bukan yang pertama kali saya memimpin anak buah yang usianya lebih dari saya. Yang penting bagaimana cara menghormati dan berkomunikasi dengan mereka,” tuturnya. Dia berharap FE-UI menjadi fakultas yang disegani di mata internasional. ”Saya akan menjalin networking dengan banyak negara. Saya akan bikin berbagai kerja sama yang menguntungkan UI,” imbuhnya. (surabaya post )

0 komentar:

video

Blog Archive

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP